Wah… sudah lama sekali saya tidak mereview buku-buku yang saya baca ternyata. Ada banyak (sebenarnya sekitar 4-5 buku… hihihihihi) buku bagus dan agak bagus yang saya baca dalam sebulan terakhir pasca Idul Fitri. Termasuk bukunya Mba Hanum Salsabila Rais, Sarahza, yang menguras air mata itu. Sudah saya review singkat tapi di akun Facebook.
Kali ini saya akan mereview buku dari teman-teman Insitut Ibu Profesional, Manajemen Gadget, yang ditulis oleh teman-teman Ibu Profesional, lounching saat Leader Camp Ibu Profesional seluruh Indonesia beberapa bulan lalu.
Buku ini wajib baca, dan punya banget kalau menurut saya. Hampir semua yang ditulis pernah dialami oleh saya dan ibu-ibu pada umumnya. Asiknya lagi, di sini, mereka juga menjelaskan dan mengemukakan jalan keluar ala mereka. Nah, dengan bercermin dari mereka, kita juga bisa bikin ala kita sendiri kan ya? Kita yang paling faham dan tahu standar kompetensi diri kita bukan?. Yuk, tanpa berlama-lama, kita kupas pelan-pelan ya…..
Dimulai dengan pengertian gedget, yang dalam Kaidah Bahasa Indonesia disebut gawai.
Gadget (gawai) : alat, instrument, perangkat, peranti, perkakas, radas. Atau sebuah perangkat elektronik kecil yang memiliki teknologi terbaru yang suatu fungsi yang khusus. Contohnya : handphone, smartphone, tablet dan lain-lain.
Mengapa harus tahu manajemen gawai?
Tidak bisa dipungkiri dibalik kemudahan-kemudahan yang ditawarkan gawai atau smartphone, kita juga menghadapi tantangan soal efek samping dari gawai. Maka dari itu, butuh manajemen gawai agar kita mampu menggunakan, mengendalikan, dan mengatur gawai sesuai dengan peruntukannya. Gawai menjadi alat bantu yang memudahkan aktivitas, bukan sebaliknya kita menjadi amat tergantung pada si gawai ini. Kitalah yang mengatur waktu kita sendiri. Sejatinya gawai adalah perangkat teknologi yang memudahkan kita di setiap kegiatan, bukan melenakan!
Be the Chief Executive Officer (CEO) of Our Own Time
(Quote di salah satu tulisan yang mengena banget bagi saya)
Ciri-ciri kecanduan gawai
Kalau menurut bu Septi Peni Wulandani, di pengantar sampul buku ini, kita bisa mengecek apakah kita termasuk sedang mengalami NOMOFOBIA (No Mobile Fobia) dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini
- Apakah bunda merasa badmood ketika tidak ada sinyal atau koneksi internet di dekat Anda?
- Apakah Anda panik saat gawai tidak di genggaman?
- Apakah anda gemar selfie, update status, ganti display picture setiap jam?
- Apakah anda membawa gawai hingga ke kamar mandi?
- Apakah Anda tidur dengan ponsel di samping anda?
- Apakah Anda siap sedia powerbank atau gawai cadangan karena baterai anda tidak boleh menipis?
- Apakah ketiga bangun tidur Anda langsung mengecek gawai Anda?
- Apakah tempat-tempat berlogo free wifi menjadi tempat favorit yang Anda cari?
Jika jawaban Anda “ya” untuk 6 dari 8 pertanyaan di atas, maka NOMOFOBIA sedang menjangkiti Anda.
Plaaak….. saya pernah di fase itu ternyata.
Efek samping kecanduan gawai juga sangat besar, diantaranya :
- Disorientasi dalam beraktivitas
- Tersedot arus informasi yang tidak penting
- Terlena pada kemudahan akses komunikasi juga kepraktisannya
- Hanyut dan larut di media sosial juga shallow activities lainnya.
Salah satu bagian buku ini, penulis memfilter penggunaan gawai dengan pertanyaan sederhana pada diri sendiri.
- Jika idealnya kebutuhan hidup berupa kebutuhan primer, sekunder, tersier, maka kebutuhan menggunakan gawai untuk mendukung aktivitas sehari-hari terletak pada bagian mana?. Pada tahap ini, urgensi penggunaan gawai sudah mengerucut sesuai manfaat dan fungsinya.
- Apa skala prioritas hari ini?. Berapa banyak porsi penggunaan gawai hari ini berdasarkan skala prioritas yang sudah dibuat?
- Apakah gawai mendukung produktivitas saya hari ini?. Jika iya, gawai apa, kapan, berapa lama durasinya?.
Gedget Hours dan Perjanjian/Kontrak Online
Jika anak-anak sebagai generasi native digital sudah diperbolehkan memegang gedget, maka tidak ada salahnya untuk membuat kontrak online atau perjanjian pra/sebelum menggunakan gawai. Poin-poin yang harus masuk ke dalam kontrak atau surat perjanjian, diantatanya :
- Tempat online yang disepakati
- Durasi online yang disepakati
- Apa saja fitur yang boleh diakses anak
- Mengajarkan etika online
- Mengajarkan cara melindungi diri dari cyber Bullying, dan predator online
Strategi yang bisa dilakukan untuk manajemen online para ibu profesional:
- Set Fine Tuning pada Skala Prioritas. Pelajari kembali kuadran waktu sebagaimana matrikulasi dulu (penting-tidak penting-mendesak-tidak mendesak). Mana yang masuk ke dalam gelondong waktu (kewajiban tugas dan peran), mana yang masuk kegiatan tambahan (printilan). Bedakan rutinitas pendidikan/pengembangan anak, keluarga dan pengembangan diri.
- Tentukan waktu pembahasan dalam grup.
- Latih manajemen pikiran.
- Patuhi one bit a time dan cut off time
- Bedakan “acting about” dengan “think about”.
Konmari Gawai
Waaah..di buku ini juga dibahas Konmari gawai. Mulai dari bagaimana menyimpan file yang rapi sistematis dan penamaan yang jelas, menghapus file yang sudah tidak dibuka, memindahkan ke DVD. Mengelola aplikasi juga penting Bunda. Jika sudah tidak dipakai dalam 1 bulan terakhir, sudah boleh di hapus. Sebelum memutuskan mengunduh aplikasi, pelajari review tentukan masa percobaan satu minggu, jika menambah produktivitas maka boleh digunakan seterusnya. Satu lagi, lebih nyaman di komputer atau smartphone.
Paper First
Bahasan lain yang paling menarik saya adalah Paper First. Paper First adalah : kegiatan menulis catatan/jurnal/agenda harian di buku catatan secara manual atau handwriting. Buat apa?. Biar gak keseringan buka gedget…Hehehe.
Gambaran mengenai cara melakukan paper first.
- pastikan kita sudah mengatur waktunya bersama gawai sesuai porsi kebutuhan
- Tuliskan to do list yang dikerjakan secara online dalam satu minggu. Pisahkan mana yang dikerjakan dengan smartphone, komputer/Laptop
- Bagi to do list ke dalam 6 hari. Ambil 2-3 prioritas setiap harinya dan ambil 1 to do list yang penting dan tidak mendesak.
- Tugas penting dan tidak mendesak perlu dijadwalkan supaya tetap tertangani namun tidak perlu disegerakan.
- Jika kegiatan berupa menulis di blog, pastikan kita sudah punya rumusan atau outline-nya, jika tidak, stop dulu pegang gawai kita.
Hmmm….dan masih ada banyak bahasan menarik lainnya di buku kecil ini. Kalau dari saya, ini buku wajib baca dan punya (biar bisa dibaca ulang saat khilaf….ups..) untuk para ibu yang ingin piawai di dunia nyata dan dunia maya…
Happy Reading…..